Bola di Italia adalah agama!! yup..melecehkan klub
kebanggaan mereka sama saja seperti menghina harkat martabat meraka.
Dulu, tidak pernah terpikir akan sekental itu irama persaingan antara
para tifosi sepakbola. tapi setelah mengalami sendiri kejadian di
Milano, 18 Mei lalu..hmm..italia..benar-benar negrinya bola. Sepulang
meleburkan mimpi-mimpi di San siro dan dikepalaku masih tergantung
pertanyaan "Kapan ya bisa kesini lagi", tiba-tiba tatkala kami tengah
melangkah menuju fermata metropolitana QT8 menuju Duomo Milano,kami
dikejutkan suara klakson mobil yang menderu..tleet..tleeet..sangat
mengganggu!! dan saat kumencari sumber suaranya..argghh ternyata para
tifosi interisti yang tengah merayakan gelar scudetto yang baru saja
direngkuhnya...Ah, aku lupa kalau bila Inter menang di pertandingan
terakhir ini, maka inter bakal jadi Campione di italia (but honestly...mendingan
roma yang jadi scudetto!!-blep ini perseteruan abadi interisti vs
milanisti"). Jadi ramailah di jalan-jalan mobil-mobil yang berpawai
kemenangan. Dan parahnya..kami salah kostum!! Bukan salah kostum siy,
secara kami baru saja nonton perrtandingan Milan vs Udinese, maka laik
halnya kalo kita berkostum lengkap merah hitam ala tifosi rossonero yang
lain.Tapi..dijalan-jalan, hmm berpuluh-puluh interisti memandang kami
dengan pandangan mengejek.dan bukan itu saja, keluarnya kata-kata kotor
dan hinaan pada kami, para milanisti. "Congratulazione, Milan entra nel UEFA!"
huks menyakitkan..ejekan yang pedas. Yup, sementara Inter merayakan
keberhasilannya menjadi scudetto, Milan walaupun menang di partai
terakhir tetap saja harus berbesar hati dengan hanya bisa masuk zona
UEFA karena hanya berhasil menempati posisi kelima sampai akhir musim.
Dan hal itu merupakan kesenangan yang luar biasa bagi para pendukung
inter alias Interisti.
Kami akhirnya
sampai fermata QT8, dan sesuai rencana kami menuju Duomo milan. Demi
keamanan temanku menyarankan untuk melepas atribut milan, yup..dari pada
tiba-tiba dipukul nggak jelas..tapi jilbab merah dan kaus merah yang
kukenakan (walaupun nggak bertuliskan AC Milan) tetap saja menarik
perhatian. Seperti tergambar peraturan tak tertulis di hari itu "DILARANG MEMAKAI BAJU MERAH".arggh
lumayan gondok juga, dan metropolina telah penuh sesak dengan para
interisti yang bergerombol, menyanyi keras-keras dengan kaki yang
dihentak-hentak.kan ke dasar kereta..riuh rendah..ribuut banget.
Keluarlah kata-kata cemoohan bagi milan. huks..aku sakit hati..(huuh
sabar..).
Dan yang lebih tidak
menyenangkan lagi, ternyata metropolitana tidak berhenti di Duomo karena
berbahaya, demikian pengumuman yang terdengar di metropolitana..ah, aku
baru sadar. Pastinya beribu-ribu interisti bakal menyesaki duomo Milan
sampai malam untuk menggelar pesta besar-besaran..uffhhh "nggak jadi
jalan-jalan deh".
Jadinya kami
memutuskan untuk kembali ke youth hostel pierro rotta di via salmoraghi,
dan di metropolitana masih saja interisti hilir mudik beryel-yel tak
kenal lelah. Ah, akhirnya aku dan temanku dapat tempat duduk, di sebelah
kiriku ada bapak-bapak separuh baya dengan kaus inter..hmm..pasti salah
satu interisti. Bapak itu bergumam tidak jelas, kemudian menyapa kami,
pasti menilik baju kami yang merah-merah dan kantung belanjaan yang
berisi syal dan pernak-pernak milan menyembul di permukaan. Akhirnya aku
berucap "Complimenti..", aku mengucapkan selamat dengan tulus..kupikir
tadinya, bapak ini tifosi inter yang nggak fanatik banget. Kemudian
bapak itu tersenyum kecil.."complimenti anche per Milan che entra nel
UEFA!"bla..bla..baru kusadari setelah bapak itu tertawa mengejek.
Argghh..perche? kenapa..udah baik-baik ngucapin selamat kok balesannya
nggak enak. Tapi sudahlah..mungkin aneh bagi mereka untuk saling
berbaikan.
Yah, benar..seperti yang
kulihat di beberapa tulisan yang tertera di syal milan. Tadinya aku
nggak nggeh saat membaca "IO NON HO CUGINO" (Aku tidak punya Sepupu),
atau "ODDIO MIO CUGINO (aku benci sepupuku)"hmm..ternyata yang dimaksud
CUGINO adalah INTER!!!Ahhh..ya..baru ngerti. Ternyata klub yang
didirikan tahun 1899 oleh Alfred Edward, seorang ekspatriat inggris ini
memang punya sejarah perseteruan panjang dengan tim sekotanya,
Internazionale alias Inter. Milan pada awalnya didukung oleh kaum
pekerja dan kelas buruh di Milan (umumnya merupakan para pendatang dari
daerah Italia selatan), sementara Inter lebih didukung orang-orang kaya.
Meskipun begitu, belakangan ini basis pendukung telah banyak berubah.
Milan sekarang dikuasai oleh raja media dan Perdana Menteri Italia, Silvio Berlusconi, sementara Inter dimiliki pebisnis garis tengah-kiri, Massimo Moratti. Namun begitu, basis pendukung Milan mayoritas berhaluan politik sayap kiri, berseberangan dengan Inter yang didominasi oleh pendukung yang secara tradisional berhaluan sayap kanan. Grup pendukung (ultras)
yang terkenal dari Milan adalah Fossa Dei Leoni yang beraliran ekstrim
kiri, dan Brigate Rossoneri yang beraliran ekstrim kanan. Yup, karena
perseteruan yang tak berpenghujung ini, aroma persaingan amat kental
terasa di kota mode ini. Jadi, hati-hatilah bila datang ke Milan buat
nonton derby della Madonnina (Inter vs Milan), dijamin bakal sport
jantung, apakah bakal terjadi kerusuhan atau tidak.
Yang
jelas pengalaman tidak mengenakan di Milan, membuatku merasakan sendiri
atmosfer persepakbolaan yang begitu kental di Italia...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar